Malaysia Alokasikan Dana Rp 4,8 Triliun untuk Korban Banjir

Malaysia Alokasikan Dana Rp 4,8 Triliun untuk Korban Banjir

PEMERINTAH Malaysia mulai mengucurkan bantuan untuk korban banjir. Perdana Menteri (PM) Ismail Sabri Yaakob mengalokasikan MYR 1,4 miliar atau setara Rp 4,8 triliun. Bentuknya berupa bantuan tunai dan berbagai kebutuhan lain untuk memperbaiki infrastruktur di area terdampak.

Tiap kepala rumah tangga akan mendapat uang tunai senilai MYR 1.000 (Rp 3,4 juta). Selain itu, ada MYR 10 ribu (Rp 34,2 juta) untuk anggota keluarga terdekat korban meninggal. Pada banjir pekan lalu, tercatat ada 25 korban jiwa. Pemerintah juga memberikan voucher MYR 500 atau setara Rp 1,7 juta untuk membeli kebutuhan listrik. Sebagian besar fungsi listrik di rumah warga rusak karena terendam air. Mereka yang tidak mengungsi juga berhak mendapatkan bantuan tersebut.

”Mereka yang terkena banjir dapat mengklaim bantuan itu setiap kali terjadi bencana. Tidak seperti sebelumnya ketika mereka hanya bisa melakukannya sekali selama musim hujan Timur Laut,” ujar Ismail, seperti dikutip New Straits Times.

Ismail menegaskan, pemerintah memahami bahwa penduduk butuh uang tunai. Ada 30 ribu warga yang tercatat sebagai penerima Bantuan Wang Ihsan (BWI) itu. Distribusi bantuan dimulai pada 27 Desember dan diharapkan selesai pekan ini. Khusus wilayah Selangor dan Pahang, ada kemungkinan terlambat karena banyaknya korban banjir. ”Saya telah menginstruksikan kepada instansi terkait untuk menyederhanakan proses pembayaran tanpa harus mengisi berbagai formulir seperti sebelumnya,” jelasnya.

Selain dari pemerintah, komunitas warga muslim di wilayah selatan Thailand juga menggalang dana untuk korban banjir Malaysia. Nilainya mencapai THB 1 juta atau setara Rp 426,9 juta. Penggalangan dana dilakukan secara online.

Saat ini aktivitas pascabanjir di Malaysia belum usai. Pembersihan area masih dilakukan. Sekitar 9 ribu warga tinggal di pengungsian sementara. Sebanyak 2.200 di antaranya berada di Selangor. Sangat mungkin mayoritas warga harus menghadapi banjir gelombang kedua. Potensinya bisa muncul mulai hari ini, Jumat (31/12).

Departemen Drainase dan Irigasi Malaysia memprediksi banjir akan terjadi di empat negara bagian yang menghadap Laut China Selatan. Yakni, Kelantan, Terengganu, Pahang, dan Johor. Pernyataan itu muncul setelah ada peringatan dari Departemen Meteorologi Malaysia. Area yang menghadap Laut China Selatan biasanya memang mengalami hujan deras hingga banjir pada November–Januari.

Sementara itu, anggota Dewan Rakyat Malaysia Teo Nie Ching mendesak Kementerian Pendidikan menyiapkan bantuan untuk sekolah-sekolah yang terdampak banjir. Menteri Pendidikan Datuk Radzi Jidin memang telah berkunjung ke sekolah terdampak, tapi belum ada pengumuman tentang bantuan terkait. ”Mengingat hanya tinggal hitungan hari sampai awal tahun ajaran 2022 dimulai,” terang Teo Nie Ching kemarin (30/12), seperti dikutip Malay Mail.

Dari Afghanistan, kekeringan yang berkepanjangan dan tersendatnya bantuan membuat penduduk sulit mendapatkan pangan. Sekitar 9 juta warga Afghanistan terancam kelaparan.

Berdasar data PBB, hanya 2 persen dari 38,9 juta penduduk Afghanistan yang cukup makan. Kepala Badan Pangan Dunia (WFP) di Afghanistan Mary-Ellen McGroarty memperkirakan 3,2 juta anak mengalami malanutrisi akut. Sebanyak 23 juta warga juga mengalami krisis pangan. ”Situasinya sudah di ambang (kelaparan),” tegasnya, seperti dikutip The Guardian.

Hampir semua provinsi di Afghanistan saat ini mengalami krisis. Sebagian besar warga makan sekali sehari. Itu pun mengharapkan bantuan berbagai donor.

Salah seorang yang cukup sengsara adalah Mehrajuddin. Uang pensiunnya tak lagi dibayarkan, sedangkan jabatan putranya sebagai PNS telah dihapuskan. Padahal, dia harus membiayai istrinya yang menyandang disabilitas dan seorang anak perempuan. ”Saya bahkan khawatir tentang kematian. Sebab, jika itu terjadi, bagaimana keluarga saya akan membayar biaya pemakaman?” keluhnya.(jp)

BACA JUGA:

  • Mutasi Sampai Malam, Kadisdukcapil Kabupaten Cirebon Masih Kosong
  • Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    Sumber: